26 Oktober 2010

Kisah perjalanan seekor kupu-kupu : Episode 6 - Visi

Oleh : Imam Sardjono

Tambah GambarPerjalanan panjang di Jakarta mulai berlanjut. Banyak kebetulan demi kebetulan yang ditemui. Bertemu dengan seseorang yang ternyata adalah rekan di milis ini, yaitu Bapak Yudi (Ghozali). Kebetulan yang dilanjutkan dengan kebetulan yang mempertemukan dengan Ust. Abu Sangkan dan sempat berbincang-bincang dalam kesibukannya yang luar biasa.

Kebetulan dilanjutkan dengan pertemuan yang menggembirakan dan mencerahkan, yaitu janji datang berdua dengan Bp Yudi ke rumah Pak Mardibros dan mendapatkan banyak sekali masukan dan ceramah yang sangat bermanfaat. Membuka wawasan, menyibak lebih dalam lagi dalam perjalanan mengikuti cahaya ini. Perjalanan yang semakin membuktikan kebenaran, sesama muslim adalah saudara. Pertemuan yang teramat indah dan menyenangkan dalam sambutan yang hangat penuh keramahan dan terbuka. Banyak sekali hikmah yang mampu dipetik meskipun pertemuan terasa singkat, namun mampu mengendapkan banyak manfaat yang luar biasa. Membuka wawasan dan cakrawala. Menembus jauh yang entah kesadaran ini akan sampai dimana nantinya.

Apakah betul ini adalah kebetulan? Tentu saja dalam keyakinanku tidak ada kebetulan. Semua ini dalam perencanaanNya, dalam kehendakNya, dalam ijinNya.

Diiring dengan santap malam yang lezat dan diskusi yang menyenangkan, diakhiri dengan latihan silatun (mendekatkan diri kepada Allah). Latihan sederhana, bahkan sangat sederhana, namun sarat makna, karena kami hanya duduk berdiam diri saja. Membuka hati dan mengarahkan atau menghadapkan ruh kita kepada Allah. Sederhana namun sarat dengan makna. Banyak pemaknaan dan pemahaman yang seolah menyusup ke hati. Pemahaman yang tak akan mampu kutuliskan, karena akan sangat panjang lebar. Maka pemahaman dalam silatun ini kuterapkan saja dalam silatun wajib yaitu sholat.

Dalam sholat, yang utama adalah niat atau tujuan sholat itu. Namun selain niat yang utama ini kita juga diperbolehkan berniat lainnya yang berupa doa-doa dalam setiap rokaat sholat itu. Selain itu, adalah kesadaran dalam melakukan sholat itu. Namun kita juga harus meletakkan visi yang disesuaikan dengan diri sendiri dalam proses penyembahan total kepada Allah.

Tahapan yang penting adalah niat. Lakukan niat yang benar, diam dalam keseriusan, agar mendapatkan kemantapan hati untuk berniat sholat. Mungkin satu menit, tapi bisa jadi 5 menit, 20 menit atau bahkan 30 menit dalam diam mempersiapkan kebulatan tekad dalam sholat. Lalu mantapkan niat yang lainnya misalnya untuk kesembuhan atau memohon sesuatu atau agar dimudahkan atau yang lainnya. Niat harus jelas, kuat, tegas dan terarah. Tolok ukur nantinya harus pasti dan ada serta teramati.

Ada 4 atau 5 gerakan yang bisa kita masukkan visi dalam gerakan, antara lain:
- Takbiratul ikhrom, menempatkan visi Allah Maha besar dalam dzikir Allahu akbar (menghadapkan kesadaran akal kepada Allah)
- Iftitah, yaitu meletakkan visi akan segala puji bagi Allah dalam dzikir Allamdulillah (menghadapkan kesadaran raga kepada Allah)
- Ruku', menempatkan visi Maha suci Allah, dalam dzikir Subhanalloh (menghadapkan kesadaran jiwa kepada Allah)
- Sujud, menempatkan visi bahwa kita tiada daya upaya sama sekali dalam dzikir la haula wala quwwata ila billah (menghadapkan kesadaran ruh kepada Allah)
- Duduk diantara dua sujud, menempatkan visi, tiada Tuhan selain Allah, dalam dzikir La ilaha ilalloh (menghadapkan kesadaran raga, akal, jiwa dan ruh kepada Allah)
- Shalawat dan salam, pemaknaan akan tugas khalifah, serta makna syahadat.

Ketika tujuan kita jelas, misalnya menyembah kepada Allah dan ada tujuan lain lagi, kemudian visi dalam gerakan-gerakan sholat yang dilakukan benar, maka hasilnya harus terlihat. Kalau hasilnya jelek, harus diulang dan diulang. Maka sholat haruslah mendapatkan hasil yang nyata yang mampu terlihat dengan mata dan telinga kita. Suatu proses sederhana yang harus mampu terlihat dan dapat dibuktikan dan diulang lagi proses pembuktiannya. Pelaksanaan sholat yang benar akan membuahkan hasil seperti yang dijelaskan dalam Al Quran, ingatlah bahwa dengan mengingat Allah maka hati menjadi tenang.

Titik terpenting dalam sholat adalah niat, lalu diikuti misi lainnya dan selanjutnya adalah visi sholat kita. Akhirnya proses pemaknaan sholat semakin membaik dan semakin membaik. Sebuah hadiah yang terindah dalam hidup. Semakin berlipat-lipat keyakinan. Tak ada rasa resah, rasa cemah, atau bersedih hati. Semua berjalan lancar dalam keindahan.

Sebuah penyadaran diri yang terjadi dengan kewajaran. Takdir kita adalah disini disaat ini
untuk nanti, esok, masa depan yang harus dilakukan adalah membaca apa kehendak Allah kepada kita, iqro .... bacalah .... pahami .... pelajari .... ketahui .... Lalu lakukan dan lakukan dan lakukan

iqro ... kuasai ... mengerti ...m engetahui ... sadar. Lalu lakukan apa kehendak Allah yang telah kita ketahui sadari diri sendiri, alam sekitar, lingkungan, lingkungan, bangsa, negara, agama,
ketahui semua lalu endapkan dan lakukan apa yang mampu dilakukan.

Sederhana dan mudah.

Lakukan perbuatan yang kita sadari bahwa itulah yang ingin Allah kita melakukan. Sehingga kita tidak melakukan apa-apa karena memang bukan kita yang melakukan. Allah yang merencanakan, Allah yang menggerakkan, Allah yang memberikan tenaga, daya kekuatan.
Sehingga hakekatnya bukan lagi kita yang melakukan namun Allah yang melakukan sedangkan kita hanyalah alat atau perantara atau bagian dari rencana sehingga rencana itu menjadi realitas.

Kita akan mampu memaknai setiap kejadian dengan sewajarnya. Memandang setiap kejadian tanpa persepsi.. Melihat dunia seolah tatapan mata polos bayi. Maka tak akan ada dualitas dalam menilai dan memandang kehidupan. Netral.

Bersambung

Tidak ada komentar: