09 November 2010

Melesat, mengapung, menerjang, menempuh jalan realitas dengan menggunakan kekuatan dua sayap spiritual (sayap iman dan sayap takwa) Matahari bersina

Oleh : Muhammad Sardjono

Melesat, mengapung, menerjang, menempuh jalan realitas
dengan menggunakan kekuatan dua sayap spiritual (sayap iman dan sayap takwa)


Matahari bersinar lembut, hangatnya mengelus kulit, nyaman terasa di hati angin berhembus, tak terlalu kencang, sepoi-sepoi saja menggeraikan rambut yang bermain-main di kening, terasa nakal menggelitik terasa kenyamanan menyebar, mengisi rongga dada, menyisir menyelusuri setiap inchi tubuh menggeletar, berdenyar dalam degup jantung, dalam keheningan hati sejauh mata memandang, hanyalah keindahan, gemilangnya warna wani senja di ufuk langit terpukau, terpaku, terpesona dalam misteri, keperkasaan Sang Matahari
jauh tinggi di ujung langit, kekuatan apa yang mampu menahanmu ledakan demi ledakan dahsyat badai matahari yang mampu melumatkan dunia dalam sekejap namun yang kulihat hanyalah keindahan sinar yang mempesona
seluruh keindahan itu
seluruh keperkasaan itu
seluruh ketundukan itu
ketaatan tanpa henti
kepatuhan tanpa tanya
kepasrahan tanpa kompromi
kini semua itu mampu dilihatnya
jelas, gamblang, tegas, lugas
kini dia mampu menatap, mengerti, membaca secara sederhana secara bersahaja, apa adanya melihat realitas dengan spiritual melihat spiritual dengan realitas apakah ada bedanya?


Tulisan tentang kisah perjalanan seekor kupu-kupu ini sudah saatnya harus diakhiri, agar mampu menceritakan kisah-kisah lainnya. Mungkin kisah tentang lebah, mungkin kisah tentang onta, mungkin kisah tentang laba-laba atau kisah-kisah lainnya, dalam realitas kehidupan sehari-hari. Masih banyak kisah-kisah lain yang perlu diceritakan.

Dia telah mampu mendapatkan jati dirinya. Menjadi kupu-kupu sejati. Mampu menapak realitasnya menjadi kupu-kupu. Maka tak ada lagi yang akan diceritakan, karena kisah selanjutnya adalah kisah sehari-hari kupu-kupu. Di tulisan terakhir ini, akan dicuplik tulisan seseorang yang sangat dekat, seorang teman, saudara, pembimbing, guru, rekan seperjalanan atau apapun itu. Tanpanya, maka perjalanannya ini akan sangat sulit bahkan mungkin tidak akan pernah sampai.

Berikut ini pesannya:

{..... Subhanalloh... Maha suci Allah.. Indahnya kupu-kupu siapakah yang tahu..?
Ketika ulat menjadi kepompong dan kepompong menjadi kupu-kupu, adakah yang tahu..?
Hanya orang-orang yang bersedia menjadi saksi saja yang tahu betapa proses itu luar biasa sekali.
Hanya orang-orang yang menikmati dan menetapi dirinya menyaksikan (!), sebagaimana pengamat, sebagaimana seorang 'saksi' yang menyaksikan.
Yang tahu betapa indahnya semua itu..(?) Darimanakah orang tersebut mampu menyaksikan, dari arah mana ..?. Maka diciptakan penglihatan dan pendengarannya ...
setelahnya ...

Kemudian semua, menjadi tanda tanya lagi ...
Adakah kupu-kupu tahu betapa indahnya dia itu (?)
Betapa dia mengilhami semua makhluk di seluruh bumi ini ...(?)
Tahukah kupu-kupu ...?
Betapa dia diciptakan bukanlah sia-sia..
Maka kupu-kupu dan orang menjadi saling relatif ...
saling mengamati, menjadi persepsi ...
Masing-masing menjadi benar, masing masing menjadi salah ...
dan dibolak balik lah diantaranya ...
kadang manusia menjadi kupu
kadang kupu menjadi orang ...
adakah bedanya diantara keduanya (?)
ketika mereka bertukar rasa ..(?.)
apakah kupu mampu melihat keindahan manusia ...?.
...................................
Kalaulah kupu tahu betapa susah jadi manusia ...?
kalaulah manusia tahu betapa susahnya menjadi kupu..?
Masihkah mau bertukar rahsa ...?
Mengapa indahnya kupu hanya bisa kita rasakan saat kita jadi manusia ...?
begitu juga sebaliknya ...?
.............................
Maka Maha Suci Allah..
Dzat yang Suci dari hal seperti itu ...
..........................
Ketika nikmat panas diberikan kepada kutub ...
apakah sama rasanya ketika diberikan kepada padang pasir ...?
Ketika nikmat air sejuk dan dingin diberikan kpeada padang pasir
apakah sama rasanya jika diberikan kepada kutub ...?
Bilakah manusia-manusia di dalamnya mau bertukar tempat ...?
Orang padang pasir menempati kutub dan diberikan apa permintaannya air yang sejuk lagi dingin terus menerus ...?
dan begitu juga sebaliknya ...
maukah mereka seperti itu ...(?)

............................................
manusia memohon dengan persepsinya rahsa yang menurutnya nikmat ...
bahkan tidak pernah mau melihat realitas tersebut ...
......................
sungguh ...
layaknya kita berlindung kepada, Allah Dzat maha suci dari persepsi seperti itu.
Nikmat manakah yang bisa kita abaikan ...
ketika rahsa menjadi hanya satu makna LAI ILLA HA ILALLAH ...
marilah menuju kesana dalam dan hanya sebuah rahsa yang sama dalam persepsi Tuhan.
amin ...
.......
}

Pemahaman yang terakhir, yaitu membumikan pemahaman, menapak jalan realitas, yaitu menggunakan seluruh pemahaman ini dalam kehidupan sehari-hari, menjadi sebuah akhlak.

Pembelajaran ini didapatkan secara langsung dari diskusi dengan dua orang yang sangat dekat dengannya. Mereka adalah orang yang tekun beribadah, tekun menuntut ilmu agama, yang seolah sudah mendapatkan pencerahan, bergumul dengan agama sangat tekun selama belasan atau puluhan tahun. Mengaji dari satu tempat ke tempat lain. Menghafal Al Quran, menghafal hadist, dan seluruh rangkaian kegiatan ibadah.

Ketika terjadi diskusi, ternyata seluruh pemahaman yang didapatnya sama persis dengan mereka, bahkan mereka mampu menyebutkan ayat-ayat dan hadist-hadist yang mendukung atau memerintahkan untuk ini dan itu. Seolah semuanya menyatu, sama persis, tak ada bedanya. Berjalan beriringan dalam hakekat. Klop. Pemahamannya sama dengan pemahaman mereka.

Namun ternyata ada suatu perbedaan yang mendasar, realitas yang ada dirinya dengan perjalanan kupu ini dengan mereka yang berjalan dalam syariat yang luar biasa tekun dan berat. Kehidupan mereka nampak hambar, tidak nampak kebahagiaan hidup, tidak ada kecintaan terhadap sesama, kebersihan rumah, perhatian terhadap anak-anak dan keluarga. Wajah yang serius, terkesan muram, tidak terlihat kebahagiaan hidup. Pemaksaan ibadah karena takut akan ancaman neraka dan berharap pahala, selalu berhitung pahala ini dan pahala itu.

Mereka mengerti benar tentang akhlak mulia, berbaik sangka, iman, takwa dan seluruh pemahaman secara menyeluruh. Namun dirinya tidak melihat ketulusan di matanya, kelembutan di senyumnya, kelapangan di dadanya, kekuatan di dalam menempuh kehidupan, kebijaksanaan dalam menentukan, tidak ada contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sama antara kata-kata dan perbuatan, tidak sama antara pengertian atau pemahaman dengan perbuatan mereka.

Sekali lagi, inipun dalam persepsi, karena merekapun masih mempunyai persepsi. Ketika kedua pihak disatukan maka persepsi ini tidak akan sama. Karena sudut pada dalam melihat sesuatu hal pasti akan berbeda ketika menggunakan persepsi. Biarlah Allah yang menentukan perbedaan-perbedaan ini. Sejauh kita sadari bahwa kita semua sedang berjalan menuju kepada Allah. Maka masing-masing orang berada pada level (maqom) masing-masing. Kebenaran biarlah Allah yang menentukan. Mungkin mereka yang benar, mungkin pula dia yang benar. Allah adalah hakim yang seadil-adilnya dalam menentukan perbedaan ini. Berdiskusi, bertukar pendapat, saling nasehat menasehati dalam kebaikan, dalam kesabaran dengan santun. Menempatkan diskusi dalam persepsi Allah akan memudahkan. Kita semua sedang berjalan mendekat kepada Allah.

Jadi perbedaan utama adalah:
Bagaimana menapak realitas menggunakan pemahaman spiritual. Artinya bagaimana akhlak kita?. Sama antara kata dengan perbuatan!.

Inilah kunci atau pelajaran terakhir kali ini.

Dari seluruh tahapan yang telah dilakukannya selama ini, maka telah didapatkan hasil, melakukan sholat khusuk itu mudah. Sadar atau ingat Allah, selalu mudah, dan dapat dirasakan setiap saat. Itulah realitas baginya dan itulah spiritual baginya. Dalam spiritual ketika kita mengingat Allah, maka dalam realitas terasa ada hawa yang lembut sejuk atau daya hidup di dalam dada. Hawa ini seolah mengumpul di dada, bahkan kadang sangat kuat sampai seperti benteng di dada, bahkan mampu menyebar, meluas kemana saja. Hawa yang lembut sejuk, mampu menyejukkan ketika udara terasa panas, mampu memanaskan badan ketika udara terasa dingin. Mampu menghilangkan kecemasan, mampu membuang rasa takut, was-was, iri hati atau marah. Hawa ini bahkan mampu kita luaskan meliputi ke banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Hawa ini bisa berupa daya yang menyembuhkan ketika sakit, bisa berupa kekuatan yang menggetarkan ketika badan terasa lelah. Hawa ini bisa menjadi apa saja, untuk apa saja. Karena daya ini adalah keyakinan kepada Allah, suatu kekuatan yang sepenuhnya bergantung pada Allah. Inilah spiritual dan inilah realitas, sebuah keyakinan, sebuah tekad, sebuah iman yang mampu mewujud dalam bentuk ketaatan, kepatuhan dalam bentuk takwa.

Maka langkah selanjutnya tentu saja dengan seluruh pemahaman spiritual, harus mampu mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlak mengarungi kehidupan yang penuh kesulitan, rutinitas, hambatan dan banyak lagi sebagaimana manusia normal lainnya.

Perbedaan dalam menjalankan realitas dirinya dan mereka mungkin bisa dimisalkan sebagai berikut:

Perjalanan mereka adalah perjalanan yang mencontoh Rasulullah sejak agama Islam telah sempurna, harus mengikuti seluruh syariat dan ketentuan yang berlaku, mencoba mengikuti sama persis, dalam tingkah laku dan perbuatan walaupun kadang belum sampai ke hati. Sementara perjalanan kupu ini meniru perjalanan Rasulullah jauh sebelum itu, bahkan sebelum sampai di angkat menjadi Rasul, mencoba mencari, mengamati. Bukankah dalam diri Rasulullah ada suri tauladan?. Ketika kita belum mampu meniru akhlak dan syariat yang dibawanya ketika lengkap, maka mencoba meniru akhlaknya sebelum menjadi Rasul. Beliau pernah dianggap gila, sakit ayan, bahkan penyihir. Itulah yang telah dan tengah dilakukan. Mencoba sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan yang ada, yang dimiliki saat ini.

Kisah pejalanan kupu-kupu mengikuti perjalanan spiritual ini, pernah dianggap aneh, dianggap mengikuti aliran sesat, mistik, kejawen atau yang lainnya, termasuk oleh keluarga.
Namun harus diamati seiring dengan perjalanan waktu, lihatlah hasilnya, kalau minggu depan lebih baik dari minggu ini, dan bulan depan lebih baik dari bulan ini, dan tahun depan lebih baik dari tahun ini, maka langkah sudah benar. Kalau semakin jelek, maka akan lebih baik dihentikan saja.

Sebuah catatan lagi dari salah seorang sahabatku, temanku, saudaraku, yaitu seorang yang sangat dekat denganku,

{ ......
Akhirnya satu tahapan telah berhasil dilalui. sebuah perjalanan panjang selama satu tahun penuh.
Menapak jalan onak berduri, telah berhasil dilampaui.
Sebuah pilihan telah ditetapkan. tidak ada jalan untuk kembali.
Ibarat sebuah sampan telah berlayar, maka daratan di belakang, telah terbakar menjadi puing-puing abu.
Hanya ada lautan luas, sang penumpang beserta awak kapal dengan lautan yang maha luas dan menakutkan.
Tidak ada jalan untuk kembali.
Itulah kehidupan yang harus kita lalui.
Apakah layak seseorang dekat dengan Sang Pencipta,
apabila dia mengasingkan diri dalam menara-menara doa yang jauh dari realitas kehidupan.
Apakah layak menjadi kekasih Tuhan, apabila menghindari dengan sengaja cobaan Tuhan.
Apakah kita telah parnipurna pada saat bersembunyi di menara-menara doa,
hanya bertasbih pada Tuhan, tanpa melihat dan berusaha mengubah realitas kehidupan?
Manusia akan mencapai derajat tertinggi pada saat dia mampu menghadapi semua cobaan yang diberikan Tuhan,
pada saat manusia mampu mengarungi bahtera lautan luas dan menemukan kembali dataran luas,
sebagai awal kehidupan baru.
Dia harus mendapat banyak tantangan dan hambatan, baru layak mendapatkan Kasih Tuhan.
Seorang yang tamak harta, akan dicoba dengan jutaan kesempatan untuk melakukan korupsi.
....... Mampukah dia menghadapi?
Seorang yang takut kehilangan harta, akan dicoba dengan jutaan kemungkina untuk kehilangan harta.
....... Mampukan dia menghadapi?
Seorang yang terlalu cinta dunia, akan dicoba dengan jutaan cobaan, yang membuatnya makin menikmati dunia, hingga lupa Sang Ilahi.
....... Mampukah dia menghadapi?
Seorang yang terlampau mengikuti nafsu seksual, akan dicoba dengan jutaan wanita yang rela berhubungan seksual dengannya.
Mampukah dia menghadapi?
Seorang yang haus akan kekuasan, akan dicoba dengan jutaan impian tentang nikmatnya menjadi penguasa.
Mampukah dia menghadapi.
....... dan jutaan kemungkinan hidup lainnya.

Inilah kehidupan, inilah spiritual sejati. Inilah hakekat tertinggi dari makrifat.
Hidup di dunia menjalani sebaik-baiknya, dengan tetap berlandaskan keimanan dan keyakinan kepada cinta kasih Ilahi.

Tuhan mencintai mahluknya, bukan karena dia sempurna, melainkan karena dia begitu rapuh dan lemahnya, tak berdaya, selalu berbuat salah dan khilaf.
Namun, manusia mempunyai kemampuan untuk memperbaikinya menjadi sesuatu yang lebih baik, meningkat kedekatannya dengan Sang Ilahi.

Inilah realitas, inilah spiritual.
Satu sisi, hanya satu sisi namun bermakna milyaran kemungkinan.
Setiap pilihan membawa kita kepada pilihan lain.

Saat ini kita telah memilih, untuk menjadi hambaNya yang mengakui dan menjadi Saksi KekuasaanNya.
Mampukah kita bertahan ditengah gempuran realitas.

Tahun selanjutnya adalah tahun menapak realitas dengan semangat dan keyakinan Ilahi. Semoga kita dirindhoi Nya.
.....
}


Maka kupu-kupu ini akan,
Melesat, mengapung, menerjang, menempuh jalan realitas dengan menggunakan kekuatan dua sayap spiritual, sayap iman dan sayap takwa.
Menjadi manusia normal, manusia biasa, manusia yang sangat biasa dan melakukan kegiatan biasa yang tidak ada bedanya lagi.



Kembali sebuah cuplikan dari tulisan seseorang terdekatku untuk mengingatkanku

{........
Kemudian manusia saling berlomba..
memaknai setiap rahsa dalam angannya..
maka ketika itu...
............
Manusia akan sedih kehilangan senang..
atau manusia senang kehilangan sedih..
senang dan sedih menempati persepsinya dalam jiwa..
sedih menghampiri maka senang dilupa..
senang menghampiri sedih menjadi tak ada..
wajah sedih..
wajah senang..
tidak pernah dalam satu tampilan..
........
untuk itukah manusia tahu jati diri..?
senang tak bisa dimaknai ketika sedih tak ada..
sedih tak mampu diresapinya sebagai kesedihan
ketika tidak pernah merasakan adanya senang..
.......................
Manusia mampu memaknai semua itu..
ketika manusia pernah merasakan kedua rasa itu
sedih dan senang..
hanyalah kata pengungkap rahsa..
namun hakekatnya apa..?.
...................
Arus listrik mampu menyalakan water heater
hingga mendidihkan maka air menjadi panas sekali
Arus listrik juga mampu menggetarkan freon
hingga membekukan maka air menjadi dingin sekali..
apakah listrik kepanasan
ataukah listrik menjadi kedinginan..?
siapakah yang kepanasan
siapakah yang kedinginan
...........
panas dan dingin juga hanyalah kata
pengungkap rahsa
namun hakekatnya apa..?
.................
ketika manusia mengambil range
sebuah interval sebuah nilai pada persepsinya
bagaimana dia mempersepsikan sedihnya
juga bagaimana dia mempersespsikan senangnya..
dan jika nilai itu berjarak terlalu jauh..
sebetulnya itulah yang menyiksanya..
......
Tuhan tidak pernah menyiksa hamba-hambanya..
namun manusialah yang senantiasa menyiksa dirinya sendiri..
...................
menetapkan nilai pada persepsi kesadaran dirinya..
dan kesadaran kolektif..
atas kedua persepsi sedih dan senang
panas dan dingin..
siang dan malam..
sebuah dualitas alam semesta..
menjadi under estimate dan over estimate..
jauh dari kehendak Tuhan sendiri..
.............
maka Tuhan adalah Esa..
maha suci dari semua itu..
maha suci dari persepsi itu..
panas dan dingin..
sedih dan senang..
dalam skenario Tuhan..
hanyalah sebuah rahsa dalam methode pengajaran manusia..
agar mereka menyerah pasrah kepada Dzat yang Maha Esa..
Dzat yang Satu bukan dualitas
apalagi pantheisme..
.......................
maka manusia harus menuju kepada NYA..
dalam satu rahsa..
karena DIA tidak menerima dualitas
karena dia tidak mau di DUA kan..
karena DIA tidak menerima manusia yang masih terhijab dalam dualitasnya
dalam kesyirikannya..
pada rahsa-rahsa itu..
.....................
Maka mulailah masuki
keimanan sang Ruh..keimanan sirr..
dalam martabat ke tujuh...
yang sudah tidak mengenal dualitas rahsa..
yang tidak mengenal ke syirikan..
apalagi thogut..
}


Dengan langkah tegap, dada tengadah, penuh kepastian, penuh keyakinan, dalam semangat, dalam tekad, dalam niat.
Satu kata dengan perbuatan, kulangkahkan kaki menempuh jalan realitas. Tak ada lagi kata mundur. Tak ada ingatan untuk itu.
Seperti puisi lama: "Sekali berarti sesudah itu mati".
Memandang dengan mata dan melihat dengan hati.

Berfikir dengan akal dan memutuskan dengan nurani
Yang bergantung sepenuhnya kepada Sang Pemilik hidup ini, Allah. Tuhan semesta alam.


Maka kuakhiri kisah ini, karena kisah selanjutnya hanyalah sebuah kisah kecil seorang hamba, seorang yang menapaki jalan satu demi satu.
Sebuah jalan kehidupan dalam realitas, rutinitas kehidupan sehari-hari.
Selangkah demi selangkah, membaca apa kehendak Sang Pencipta, melaksanakan seluruh kehendakNya tanpa persepsi.
Perjalanan yang sebenarnya justru baru dimulai. Selama ini hanyalah persiapan untuk menempuh perjalanan, bukan akhir perjalanan. Betapapun panjang perjalanan, berapapun jauh perjalanan, harus dimulai dari satu langkah pertama. Maka langkah awal sudah dimulai.

Marilah kita semua bersama-sama berjalan, menapaki seluruh permukaan bumi, melihat tanda-tanda kebesaranNya. Menjadi saksi atas keberadaanNya. Melihat bukti keagunganNya
Bersimpuh dalam puji syukur, bahwa kita diberi kesempatan untuk menjadi saksi.
Segala puji baginya, Dzat yang Maha Suci, Maha Besar, dengan segala yang tak mampu kutuliskan dalam kata-kata lagi.
Dalam semangat belajar dan mengamati yang selalu fitrah, polos seperti bayi.

Semoga kisah singkat ini, mampu memberi pelajaran. Semoga mampu diambil hikmahnya. Sesungguhnya kebenaran itu berasal dari Tuhan.
Ambillah, jangan dilihat siapa yang bicara. Namun hal-hal yang buruk, tinggalkanlah karena itu mutlak atas ketidakmampuan saya membaca
dan memahami pelajaran dari Allah. Semoga ada banyak orang yang bersedia memberi tahu, memberi pelajaran dan mengingatkan semua
kesalahan dan kekeliruan saya sehingga mampu memperbaikinya.Semoga.

Semoga kebaikan, kesejahteraan, ketenangan, kedamaian, kebahagiaan tercurah, berlimpah dari Allah kepada kita semua. Semua kita semua selalu diberiNya petunjuk, jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah diberiNya nikmat.

Amin.


Salam hangat dalam limpahan kasih sayang Allah. Semoga

Selesai.