26 Agustus 2010

Novel Spiritual - RINDU DI SINGGASANA TUHAN

oleh : Ustad Abu Sangkan

Berlangsung di Singgasana Tuhan

Disuatu keadaan sebelum diciptakan segala sesuatu, tidak ada bentangan langit yang luas berhias mentari dan trilyunan planet. Akibatnya tidak ada ruang, tidak ada atas, tidak ada bawah, tidak ada utara, tidak ada selatan, tidak ada barat, tidak ada timur, tidak ada sebutan waktu kemarin dan akan datang. Yang ada, keadaan "NOL" tetapi "ADA". Keadaan "Tak ada perbandingan". Hanya bisa disebut keadaan "sekarang" dan "disini", yaitu keadaan ABADI.

Inilah keadaan sesungguhnya yang berlangsung sampai sekarang, walaupun bumi berputar dan matahari memancarkan sinarnya. Waktu dan arah hanyalah sebuah kejadian oleh sebab akibat. Adanya siang dan malam hanyalah sebuah tipuan sinar matahari yang terhalang oleh punggung bumi. Adanya waktu akan datang dan masa lalu, hanyalah akibat perputaran bumi. Maka pantaslah iblis dan malaikat bisa bertahan hidup abadi disini, karena waktu hanyalah bersifat relatif. Dan Tuhan bersemayam disini abadi tanpa batas, yang disebut awal dan akhir. Dan Tuhan pernah berkata kepada Sang Utusan: "Wahai hamba-Ku, jangan engkau berusaha mencari Aku, karena Aku sudah ADA dekat denganmu, dibalik putaran materi proton dan netron yang menyusun tubuhmu. Aku-lah yang disebut KOSONG, Tan kena kinaya apa, yang disebut 'laisa kamistlihi syaiun',tidak bisa dipersepsikan dengan segala apa yang ada, Aku-lah hakikat ADA yang dengan berkata KUN ! maka, FAYAKUN dan Jadilah segala sesuatu".

Kekuatan sabda-Nya terucap "KUN" ! Maka ledakan besarpun terjadi, "big bang" ! Getaran sabda-Nya menghasilkan energy yang sangat dahsyat sampai berekspansi memenuhi ruang yang tak terbatas. Putaran energy bergerak dengan sangat cepat membentuk gumpalan-gumpalan berupa asap yang semakin memadat. Hanya dengan hitungan waktu enam masa, terciptalah tujuh petala langit dan benda-benda dari hasil ikatan energy yang sangat padat. Didalamnya ada bumi yang akan dijadikan tempat kekuasaan khalifah Tuhan.

Para malaikat dipanggil menghadap-Nya disinggasana keabadian,.ditempat tergantungnya Lauhul Mahfudz tanpa huruf. Tampak terpampang rencana Tuhan untuk menciptakan "khalifah" di bumi. Dan malaikat telah membaca catatan pada lauh itu, "Wahai Tuhanku mengapa Engkau hendak merencanakan yang telah gagal memberikan amanah kepada manusia yang selalu membuat pertumpahan darah?". "Bukankah cukup kami saja yang selalu menuruti kehendak-Mu dan selalu memuja-Mu ?", protes Malaikat.

Tuhan menampilkan keagungan-Nya tanpa penjelasan rencana-Nya tersebut, dan Ia berkata : "Aku lebih tahu dari apa yang kalian tidak ketahui", Mendengar jawaban Tuhan, para malaikat dengan perasaan bersalah tanpa pikir lagi langsung menelungkup dihadapan Tuhan. Dan memohon ampun atas kelancangannya.

Tuhan merahasiakan kepada malaikat rencana ini, yang sempat mengguncangkan keimanannya kepada Tuhan. Ia telah menganggap Tuhan melakukan percobaan tanpa perencanaan yang baik sehingga manusia masa lalu telah mengingkari amanat kekhalifahannya. Pikirannya masih ragu atas rencana yang akan dilakukan Tuhan.

Tuhan Menyusun Inti Tanah


Butir-butir sulalah berupa zat inti bumi mulai bergerak menyusun karbonium, oksigenium, hidrogenium, natrium, dengan diselimuti kekuatan "KUN", membentuk menjadi
nuthfah, kemudian 'alaqah, kemudian menjadi mudghah, kemudian 'idhaman yang dibungkus daging sehingga menjadi makhluk baru dengan wajah rupawan bernama "manusia". Dengan penuh perhatian dan kasih sayang yang tinggi, tampak wajah Tuhan seolah lebih serius perhatiannya terhadap makhluk yang baru diciptakan ini. Para malaikat masih dalam syak wasangka atas ciptaan yang sekedar berupa tanah. Apa gerangan yang membuat Tuhan lebih serius dan bangga. Bukankah ia lebih rendah dari dirinya yang tercipta dari cahaya? Pikirannya selalu menggayuti imannya yang sudah mantap. Ah ... tapi ia berusaha menepisnya, untuk tetap percaya atas af'al Tuhan. Pandangannya menatap ke wujud tanah yang lemah yang sudah berbentuk, lalu ia melihat sebuah kilatan cahaya menyusup dengan cepat kedalam tubuh manusia ini. Sebuah cahaya yang tidak pernah ia saksikan sebelumnya. Sebuah cahaya yang tidak bisa digambarkan oleh sesuatu. Cahaya diatas cahaya, melampaui cahaya yang membentuk dirinya. Hampir menyamai cahaya Tuhan yang pernah ia saksikan setiap saat. Hampir saja ia menyembahnya karena kemiripannya dengan Tuhan. TIDAK ... ia bukan Tuhan! Malaikat menyangsikan pikirannya sendiri. "Lalu cahaya apa ?", pikirnya.


Tuhan mengetahui gerak pikiran malaikat yang terpana menatap kilatan cahaya. Lalu Ia berkata:
"Itulah Roh yang Ku tiupkan yang hampir mirip dengan-Ku, tetapi Ia bukan Aku. Ia hanyalah pantulan Cahaya-Ku, yang karenanya Ia mempunyai sifat seperti Aku. Tetapi ia bukan sama dengan Aku. Karena Cahaya-Ku-lah, Ia mempunyai kehendak bebas seperti Aku, Ia menjadi penguasan seperti Aku. Ia bisa marah dan mempunyai kasih sayang seperti Aku, Ia mempunyai sifat-sifat seperti dalam Asma-Ku. Sehingga ia ku beri gelar RUH-KU. Karena ia Kuberi kemampuan menjadi wakil-Ku,menjadi utusan-Ku, menjadi wali-Ku dan menjadi Duta Istimewa atas nama-KU. Ia Kuberi kebebasan berkuasa di muka bumi, sebagian Kerajaan-Ku yang sangat luas. Untuk itu, hormatlah kalian dengan bersujud di kakinya".


Maka seluruh malaikat bersujud tanpa menghiraukan pikirannya yang masih belum memahami hakikatnya.
"Inilah sebagian Rahasia-Ku yang tidak bisa kusampaikan kepadamu. Inilah urusan pribadiku yang paling rahasia. Engkau tak akan mampu memasuki wilayah dimensi Ruh bagian dari rahasia-Ku. Beradalah dalam dimensimu yang telah ku tetapkan untuk patuh seperti alam ciptaan-Ku yang lain. Engkau tidak akan mampu menerima amanat dimensi ruh-Tiupan-Ku sehingga engkau akan menjadi penentang-Ku yang paling utama".


Diantara mereka masih ada yang berdiri tegak tanpa memperdulikan perintah Tuhan untuk bersujud. Ia adalah iblis, makhluk yang paling cerdas dan pandai, serta paling setia kepada Tuhan. Akan tetapi, untuk urusan bersujud kepada makhluk yang terbuat dari tanah, menurutnya Tuhan pasti melakukan suatu kekeliruan. Ditunjukkan ketidak setujuannya dengan tetap berdiri. Harapannya agar Tuhan menegurnya dan ia akan memprotes atas perlakuan ini.


Wajah Tuhan menampakkan kemarahannya kepada iblis, lalu menegurnya dengan lantang :
"Hai Iblis ! Mengapa engkau berani menantang perintah-Ku". Iblis tertunduk dalam dan sorot matanya terfokus pada ujung kakinya menandakan kekecewaan yang dalam, dan iblis menjawab : "Wahai Tuhanku, selama ini kami selalu menuruti perintah-Mu. Bukan kami hendak menentang-Mu sebagai Penguasa langit dan Bumi. Akan tetapi tidak sepantasnya Engkau memerintahkan kami bersujud kepada manusia yang terbuat dari tanah, sedangkan kami Engkau ciptakan dari Api".

Sang Penguasa Jagat Raya tetap dalam pendirian-Nya. Alasan iblis tidak bisa diterima untuk tidak mengikuti perintah-nya. Tuhan mengetahui apa yang terbaik bagi diri-Nya. Tidak ada kesalahan bagi sang Penguasa atas rencana-Nya. Iblis terlanjur mengambil sikap dan menuruti kehendak hatinya yang membara sehingga Tuhan demi kekuasaan-Nya mengutuk sikap iblis tanpa ampunan. Sebab iblis tetap merasa tidak bersalah. Dan Iblis semakin sakit hatinya, karena Tuhan tidak menghiraukan alasannya.


Sebagai Hakim Yang Maha Agung, keputusan Tuhan telah ditetapkan. Iblis diberi kesempatan untuk mengungkapkan keinginannya yang terakhir dihadapan Hakim Yang Maha Agung. Ternyata iblis tetap dalam pendiriannya untuk tidak memohon ampun. Akan tetapi justru memohon dipanjangkan usianya sampai hari dibangkitkan. Dan dibebaskan melakukan apa saja untuk mampu menggoda seluruh manusia, kecuali mereka yang berlin

Sang Ruh Turun ke bumi


Tuhan mengumpulkan seluruh ruh di padang azaly. Suasana terang benderang oleh Cahaya Ilahy yang memantul menjadi sifat ruh yang suci. Adalah gelar "Ruh-Ku" yang disandang oleh makhluk yang akan bertugas turun ke bumi. Disaat menjelang persiapan ditiupkan ruh kedalam tubuh manusia, Tuhan berkata: "Ya Ruhii ... bukankah Aku ini Tuhanmu?" Para ruh menjawab: "Tentu wahai Tuhan, kami bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan Penguasa seluruh alam. Kami siap menerima tugas suci ini atas nama Engkau. Akan kami nyatakan bahwa setiap yang kami kerjakan adalah atas Nama Engkau Yang Maha Pengasih dan Penyayang".


Tuhan memberi pengarahan kepada Ruh untuk berhati-hati menjalankan tugas berat. Karena seluruh makhluk tidak mampu membawa amanah ini. Tuhan mengingatkan: "Hakikat dirimu adalah Aku ciptakan melalui Tiupan Ruh-Ku yang bersifat suci. Pada saatnya engkau harus kembali menghadap-Ku. Tubuhmu aku ciptakan dari Tanah yang memilki sifat rendah seperti binatang. Iblis akan selalu mengikuti engkau dibalik sifat-sifat kebinatangan ini. Jika engkau lengah atas dirimu sebagai tiupan Ruh-Ku, engkau akan ditenggelamkan kedalam lumpur hitam yang menyebabkan dirimu tak mampu keluar tanpa pertolongan- Ku. Engkau akan menjadi binatang yang sangat buas melampaui binatang yang telah Aku ciptakan dengan sifat serakah. Engkau akan saling membunuh dan merusak alam yang telah Ku ciptakan. Dan engkau akan menjadi penentang-Ku yang paling hebat seperti yang dilakukan Iblis kepada-Ku".

Ingatlah ... pertahankan dirimu sebagai Ruh Tiupan-Ku, bukan sebagai badan berunsur sari pati tanah. Engkau bertugas mengendalikan sifat-sifat badanmu yang selalu berkecenderungan terikat kepada asal muasal ciptaannya, yaitu tanah. Jangan seperti seorang kusir delman yang tidak mampu mengendalikan kudanya yang liar membawamu kemana saja. Tugasmu adalah mengendalikan kuda-kuda tersebut atas perintah-Ku.

Jika engkau mampu mengendalikannya, maka engkau telah memenuhi amanah-Ku. Engkau adalah wali-Ku, engkau adalah utusan-ku yang sejati. Saat ini, mulailah bertugas dengan tetap berpegang teguh mengingat-Ku setiap saat.


Dengan perasaan berat, Ruh tidak kuasa meninggalkan Tuhan menuju tempat yang asing baginya. Ia sudah merasa bahagia bersama Tuhan. Menikmati memandang Wajah-Nya yang tak terbandingkan. Ia masih ragu-ragu untuk memulai bertugas. Karena khawatir tidak bisa lagi berjumpa Tuhan. Keterikatannya terhadap Tuhan begitu kuat, sehingga berat rasanya untuk melangkah unjuk diri.


Abu Sangkan

nantikan kelanjutannya ...

dung kepada Tuhan. Dan Tuhan mengabulkan permintaan Iblis.