26 Oktober 2010

Kisah perjalanan seekor kupu-kupu : Episode 5 - Sayap yang kuat

Oleh : Imam Sardjono

Lelaki itu tengah duduk terpekur, menatap biru lazuardi langit di kejauhan. Ditatapnya kejauhan, diantara putihnya awan-awan yang berarak. Desir angin yang menggoyang dedaunan. Lalu celoteh burung-burung kecil yang berloncatan diatas dahan.

Dalam diamnya, dalam perenungan, dalam hanyutnya keheningan semesta. Dia merasa ada. Dia ada karena satu kehendak. Dia hanyalah sebuah kata, yang tercipta dari satu kehendak, sebuah kata "Kun" yang bersumber dari Sang Maha Kehendak. Ketika kehendak itu mewujud dalam sebuah bentuk maka dia terbentuk dalam sebuah kata "jadilah". Dia adalah getar kehendak, yang bergetar dalam inti sel, inti atom dan menjadi sebuah organ dan raga. Yang berisi kumpulan-kumpulan kehendak yang membentuk jati diri dari masing-masing organ dengan fungsi-fungsinya. Sekumpulan organ yang berkembang dari setetes sari pati air mani.

Ketika kesadarannya mulai memasuki kumpulan kehendak yang mengisi organ-organ tubuhnya, lalu masuk lebih dalam ke inti sel. Terasa ketiadaan. Kekosongan yang ada dalam setiap organ atau bagian hanyalah hawa atau daya hidup. Daya hidup yang bergetar dan terus bergetar mengikuti kehendak Sang Maha Getar, Sang Maha Kehendak. Yang Maha Sibuk mengatur seluruh getar yang ada di seluruh alam ini. Getar-getar dzikir dalam kehendakNya. Getar-getar ini sama dan serupa dengan getar yang ada di seluruh partikel-partikel yang bergetar di alam semesta. Kesadaran semakin meliputi memasuki di dalam di luar inti atom. Di dalam dan di luar inti sel. Kesadaran adanya suatu kehendak. Desain atau rencana awal yang tersimpan di dalamnya. Maka sudah tak ada lagi organ tubuh dan tak ada lagi sel-sel. Yang ada hanyalah kesadaran akan getar-getar kehendak ini. Badan seolah mengapung, menyatu menjadi bagian dari seluruh alam, berada diluar dan berada di dalam partikel. Seperti air gula yang berada dalam tabung semipermiabel yang berada di dalam tabung larutan yang sama. sehingga terjadi proses keluar masuk atau menjadi satu ada di luar dan ada di dalam.

Getar-getar kehendak dalam partikel menjadi sebuah lorong waktu, dimana tercatat kejadian-kejadian lampau, dan kemungkinan-kemungkinan akan suatu proses dimasa depan. Kesadaran mampu memasuki lorong waktu dan membaca catatan yang tersimpan dalam DNA atau di dalam kekosongan inti atom. Menyusur jauh sampai jauh ketika masih dalam sperma. ketika ruh ditiupkan. Ketika Tuhan bertanya dan meminta persaksian "Bukankah Aku Tuhanmu". Kesadaran bersaksi dan bersimpuh membenarkan, "Ya Benar, Engkau Tuhanku".
Perjalanan waktu Sang Kesadaran berlanjut menuju saat bayi, dalam ketidak berdayaan yang hanya berlindung kepada Sang Pemilik Hidup yang meniupkan kasih sayang di hati manusia di sekitarku, ayah, ibu dan saudara yang membuat mereka dengan penuh suka cita memelihara dan mengasuh. Kembali dalam kesadaran Tuhan berkata, "Apakah kau ingkari akan kekuasaanKu, yang melindungimu saat kau masih lemah". Sekali lagi kesadaran bersaksi dan bersimpuh membenarkan kekuasaan Allah, "Aku bersaksi Maha besar Allah dengan segenap keagunganMu dan kekuasaanMu"

Perjalanan kesadaran membaca dan memasuki lorong waktu berlanjut saat dewasa dan menjelang tua. Bukti demi bukti telah ditunjukkan, namun kesadaran justru mengingkari. Ketidak yakinan, ketidakpercayaan. Sampai ke suatu masa ketika telah dibukakan kesadaran seperti cahaya kilat yang menerangi kegelapan, membuka dan mampu melihat seluruh keindahan alam semesta. Takjub dan terpesona membaca seluruh kehendak-kehendakNya yang berada di alam semesta. Kesadarannya mampu meluas dan meliputi seluruh alam semesta, kemana saja, apa saja, menjangkau dalam keyakinan yang tak terbantahkan akan kekuasaanNya.

Kesadarannya mampu bergerak mengikuti kehendakNya yang berada dalam getar dzikir awan yang menjadi tetes air hujan. Kesadaran meliputi kehendak seekor harimau yang menerkam seekor kelinci. Kesadaran mampu menangkap kehendakNya menjaga kelangsungan kehidupan di alam semesta. Semua proses dan siklus kehidupan. Menangkap dalam kewajaran, binatang buas membunuh untuk makan, tumbuhan hidup untuk dimakan. Sebuah hukum yang ada yang terbentuk atas sebuah kehendak, tanpa ada persepi pribadi, senang sedih, kejam atau tidak. Ya tanpa pembatasan persepsi, semua adalah sebuah siklus kehidupan demi kelangsungan kehidupan alam semesta.

Memasuki dimensi kesadaran mengapa binatang harus menyerah dan dibunuh dan dimakan, karena itulah kehendakNya. Puncak kesempurnaan kehidupan binatang itu tercapai ketika dia disembelih demi penghormatan dan penyembahan kepada Allah. Demikian pula alasan mengapa binatang tersebut diharamkan ketika penyembelihan tersebut dilakukan tidak dengan menyebut nama Allah. Karena proses yang tidak sempurna dan memutus sebuah kehendakNya. Demikian pula dalam pengharam dan yang lain-lainnya.

Kesadaran telah meliputi dan berada di seluruh alam. Berada bersama ruh alam semesta. Berada bersama angin. Berada bersama awan, gunung, samudra, binatang dan tumbuhan. Menerima dan membaca kehendak-kehendakNya dalam penciptaan kesemuanya itu. Meluas sampai batas yang tak terbatas dan terbentur suatu batas dalam ketertundukan yang dalam. Kepasrahan, menyerah. Sesungguhnya aku adalah hambaNya, tiada daya upaya sama sekali. La haula wala quwata ila billah. Aku adalah makhluk. Aku hamba. Aku hanya saksi. Segala sesuatu, termasuk aku, harus kembali kepadaNya. Maka kuhadapkan kesadaran ini kepadaNya. Sesungguhnya kita semua berasal dariNya dan hanya kepadaNyalah kita kembali.

Pemahaman yang menghujam. Maka terasalah kehampaan, ketiadaan, dalam seluruh kelap kelip cahaya warna-warni yang tak mampu kutuliskan, dalam getar-getar cahaya keindahan dan kekosongan yang sulit dimengerti, ada namun tiada. Kosong tapi isi dan isi tapi kosong. Ada cahaya namun tiada cahaya. Tiada kehendak namun ada kehendak dan yang meliputi, satu-satunya kehendak yaitu kehendakNya. Maka sekali lagi bersimpuh dan bersaksi Tiada Tuhan selain Allah. Dalam kesadaran penuh yang tak lagi tergoyahkan.

Maka dalam kesadaran penuh pengenalan Allah telah selesai. Perjalanan mengenal Allah tuntas dalam keyakinan, telah melihat dengan sangat yakin, dengan ainul yakin dan haqul yakin. Sesungguhnya Tiada sesembahan yang layak disembah selain Allah. Aku adalah makhluk, aku adalah hamba, aku hanyalah saksi, aku adalah tiada. Yang ada hanyalah Allah. Kesadaran inipun milikNya.

Kesadaran kembali memasuki lorong waktu, dari anak-anak sampai dewasa. Mulai membaca ulang proses kejadian dan membaca kembali apa kehendak Allah kepada aku, maka dalam keyakinan yang tak tergoyahkan meluncurlah janji, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah".

Melanjutkan perjalanan waktu melihat kekinian, kondisi saat ini dan disini, membaca apa kehendakNya. Maka sebuah garis luruh semakin mengenal diri sendiri dan berlanjut kepengenalan manusia lainnya dan berakhir pada sosok yang menjadi suri taulan yaitu Muhammad rasulullah. Maka keyakinan akan hal tersebut muncul sangat kuat. Sebuah janji meluncur dalam-dalam. "Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah rasul dan utusanNya". Proses ini akan berlangsung lama mungkin setahun atau lebih sampai suatu saat ini dengan satu keyakinan aku mampu menyatakan telah mengenal Rasul, dan proses pengenalan telah selesai. Namun keyakin yang kuat telah menguat dan berakar untuk mengikuti arah dan petunjuk kepada Sang Idola, Sang Panutan, contoh nyata.

Proses kesadaran jiwa dalam mengenal ruh, lalu masuk mengenal ruh-ruh lainnya serta ruh alam semesta, bintang, bulan, matahari, gunung, laut, samudra telah selesai. Kesadaran telah meliputi ruh, meliputi ruh alam semesta, tunduk dalam ketiadaan menghadap Sang Pemilik, yaitu Tuhan. Dalam Tasbih dalam penyucian. Kesadaran telah mampu mengenal TuhanNya. Kesadaran telah mampu mengenal utusanNya, kesadaran telah mengenal dengan penuh keyakinan.

Sayap kupu-kupu telah tumbuh kuat. Sayap iman telah begitu kokoh, sayap takwa telah begitu kuat. Mampu menerbangkan kupu-kupu ini kemanapun mengikuti seluruh kehendakNya. Mampu bermetamorfosa menjadi apapun, mampu terbang kemanapun dan untuk apapun mengikuti kehendakNya.

terbanglah kembangkan sayapmu kepakkan arungi angkasa luas ikuti kehendakNya yaitu jalan yang lurus mengikuti cahaya menuju cahaya diatas cahaya kini bukan lagi seekor kupu-kupu muda namun telah menjadi seekor kupu yang kuat perkasa yang siap bermetarmorfosa menjadi apa saja menjadi seekor pipit menjadi merpati menjadi elang menjadi garuda atau apapun dia hanya akan membaca iqro mengerti, memahami, melaksanakan seluruh rencana yang telah dituliskanNya dengan penuh kesahajaan dengan penuh kewajaran seolah menghirup nafas seperti detak jantung seumpama tumbuhnya rambut atau kuku iqro iqro iqro

Maka proses membaca akan dimulai :........

(iqro dalam mengenal Allah - iqro dalam mengenal diri dan alam semesta - iqro dalam memahami firmanNya dalam Al Quran)

Bersambung

Tidak ada komentar: